Social Icons

Senin, 01 April 2013

Hipotermia

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.[1] Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.[2] Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.[1]
Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.[2] Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.[2] Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan).[2]
Hipotermi terjadi bila terjadi penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C (95°F). Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.[3]

Sumber


Mengenal Hipotermia

Bila terlalu lama menahan dingin, apalagi dalam keadaan cuaca yang berangin dan hujan bisa menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga bisa menyebabkan penyakit kronis. Dan Hipotermia adalah keadaan dimana tubuh merasa teramat sangat kedinginan. Kedinginan yang teralu lama bisa menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah mengerut dan memutus aliran darah yang menuju ke hidung, telinga, jari tangan dan jari kaki.

Ini yang sering melanda pendaki gunung yang menapaki puncak tinggi atau gunung bersalju. Dan dalam kondisi parah, jalan terakhir adalah amputasi. Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpai para pendaki. Tak jarang badai dan hujan lebat menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin dan berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali muncul kristal - kristal es yang menempel pada daun - daunan dan bunga Edelweis.

Pakaian yang basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakin parah bila pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi untuk memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga enggan untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.

Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti ( suhu organ dalam ). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh tubuh ( Edema Generalisata ), menghilangnya reflex tubuh ( areflexia ), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh kurang dari 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah ( low reading termometer ) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
a. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 35°c.
b. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
c. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
( seluruh tubuh ) yang serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin ( salju ) dan iklim dingin.

Penyebab Hipotermia : Yang pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta radang pancreas.

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia

a. Gejala awal hipotermia apabila suhu kurang dari 360C atau kedua kaki dan tangan terasa dingin.

b. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.

c. Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.

Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya. Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi semakin cepat terjadi.

Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah merasa kepanasan, dalam bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of warmt”. Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih merasa kepanasan.

d. Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa menahan kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.

e. Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf  “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan kesadaran, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yang sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam - macam hal” dan dia akan mengejar apa yang dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa - apa yang ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang telah meninggal dunia.

Pencegahan serta pengobatan Hipotermia

Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup. Penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat ( tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak ) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat ( kalau pasien dalam kondisi sadar ).

Pencegahannya Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung - sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat - cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangan menggosok - gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.

a. Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat
jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.

b. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.

c. Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.

d. Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu - tahu saja kita jatuh sakit.

e. Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi deras. Cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.

f. Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada
team leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan
membantu bila dirasa perlu.

g. Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.

Faktor kecelakaan dan bahkan kematian pendaki gunung, Hipotermia mengambil peranan yang cukup besar. Maka mulailah dari hal kecil, jangan suka minum - minuman keras alkohol saat melakukan pendakian. Kadang beralasan, bisa menghangatkan badan jika minum alkohol, tak masuk akal bukan jika prakteknya di buat gaya - gayaan? Menandakan jiwa dan pribadi tak bertanggung jawab, pada diri sendiri dan pada orang lain. Selamat bertualang kawan semua dan jaga kesehatan raga...

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar